DISUSUN OLEH: 1. ERIF MADIA Y.
2. NURLAILI IRMAWATI
3. TIARA ANA NURI
4. NANANG AGUS
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemegang masalah utama dalam memproduksi
tanaman adalah iklim dan cuaca yang saat ini tidak beraturan. Kondisi ini
mengakibatkan mutu hasil pertanian yang diperoleh kurang memuaskan bahkan gagal
dikarenakan tidak adanya pemahaman yang baik dalam mempelajari karakteriktik
iklim dan perubahan cuaca yang ekstrim akibat dari pemanasan global yang
terjadi. Oleh
karena itu pendekatan yang efektif adalah dengan menyesuaikan sistem usahatani
dengan kondisi iklim setempat mengingat kemampuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terbatas. Penyesuaian dapat dilakukan dengan menganalisis dan
mengintrepetasi data iklim dan cuaca yang ada. Pada dasarnya iklim dan cuaca
mempunyai hubungan yang saling terkait satu dengan lainnya. Analisis data iklim
dan cuaca harus secara kompeherensif dan berkelanjutan karena iklim dan cuaca
merupakan sistem yang selalu dapat berubah.
Cuaca dan iklim sama-sama mengacu pada
keadaan atmosfer pada suatu tempat dan waktu tertentu. Cuaca dan iklim berbeda
dalam rentang waktu dan luas tempat. Cuaca didefinisikan sebagai keadaan
atmosfer pada daerah dan waktu tertentu. Iklim adalah keadaan atmosfer pada
daerah yang lebih luas dalam kurun waktu yang panjang. Dengan kata lain iklim
adalah rata-rata cuaca dalam periode waktu yang panjang dan daerah yang lebih
luas. Untuk mengetahui cuaca di suatu tempat
maka dapat diukur langsung keadaan cuaca di tempat tersebut. Namun, untuk
mengetahui iklimnya kita memerlukan rekaman data keadaan atmosfer di tempat
tersebut puluhan tahun yang lalu. Alat-alat ini harus tahan setiap waktu
terhadap pengaruh-pengaruh buruk cuaca sehingga ketelitiannya tidak berubah.
Pemeliharaan alat akan membuat ketelitian yang baik pula sehingga pengukuran
dapat dipercaya.
Hasil
pertanian selain dipengaruhi oleh faktor tanah juga ditentukan oleh faktor
iklim. Kompleksnya karakteristik dan perilaku cuaca serta iklim mengakibatkan
kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengendalikan iklim sangat
terbatas. Hal itu bisa terjadi karena iklim merupakan kondisi alam dalam
wilayah yang luas sehingga manusia tidak dapat mengendalikan iklim maupun cuaca
yang akan terjadi. Namun manusia dapat mensiasati hal itu dengan menanam jenis
tanaman yang sesuai misalnya bawang merah dan bawang putih ditanam pada musim
kemarau, padi di tanam pada musim penghujan dan lain sebagainya.
Pendekatan
yang paling efektif untuk memanfaatkan sumber daya iklim adalah menyesuaikan
sistem usahatani dan paket teknologinya dengan kondisi iklim
setempat.Penyesuaian tersebut harus berdasarkan pada pemahaman terhadap
karakteristik dan sifat iklim secara baik melalui analisis dan interpretasi
data iklim. Data yang benar dan lengkap melalui pengamatan akan membuka kejelasan
gejala dan perilaku cuaca atau keadaan iklim setempat dan dapat digunakan
sebagai pedoman dalam kegiatan pertanian karena dunia pertanian berkaitan erat
dengan cuaca dan iklim sehingga data yang benar akan sangat membantu kegiatan
pertanian.
Data yang baik pada umumnya memberikan
hasil yang sama dengan data yang diperoleh ditempat lain yang lingkup iklimnya
masih bisa di anggap sama. Dengan adanya data yang valid maka data cuaca dapat
diolah hingga informasinya dapat bermanfaat bagi petani maupun pengguna lain.
Informasi yang diberikan akan sangat membantu dalam manajemen pertanian karena
unsur-unsur cuaca memberikan dampak langsung terhadap pertumbuhan tanaman yang
dibudidayakan. Metode statistik dapat
digunakan sebagai pendekatan dalam upaya memahami kejelasan dan keeratan
hubungan antara unsur cuaca dan iklim. Karena melalui analisis kita dapat
mengetahui data secara tepat dan akurat. sehingga hasil yang diperoleh tidak
melenceng sehingga kita dapat menentukan perencanaan yang baik untuk kedepannya.
1.1 Tujuan dan
Manfaat
1.2.1 Tujuan
1. Menjelaskan hubungan iklim dengan pertumbuhan dan hasil tanaman
melalui pendekatan model statistik sederhana.
1.2.2 Manfaat
1.2. Dapat menjelaskan hubungan iklim dengan pertumbuhan dan hasil
tanaman melalui pendekatan model statistik sederhana.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Kegiatan pertanian selalu
berhubungan dengan fluktuasi unsur-unsur cuaca yang mempengaruhi hasil
pertanian baik yang bersifat positif (meningkatkan hasil) maupun negatif
(menurunkan hasil). Pemantauan unsur-unsur cuaca sangat diperlukan khususnya
pada saat pergantian musim, baik antara musim hujan ke kemarau atau sebaliknya.
Awal musim hujan sangat menentukan penentuan saat tanam sedangkan awal musim
kemarau menentukan tingkat keberhasilan panen, karena akhir musim pertanaman
sangat ditentukan oleh ketersediaan air menjelang kemarau (Chasanah, 2010). Secara garis
besar manfaat yang diperoleh dalam mempelahari klimatologi yaitu untuk
meningkatkan kewaspadaan dari pengaruh iklim yang semakin sulit diprediksi.
Dengan diperkirakannya kondisi iklim yang akan terjadi maka dapat dilakukan
usaha untuk menyesuaikan dengan kondisi yang akan mungkin terjadi. Selain itu,
dapat juga dilakukan pemanfaatan unsur-unsur iklim yang dapat membantu dan
memberikan keuntungan.
Manfaat dari
klimatologi yaitu untuk digunakan dalam perhitungan kondisi udara dalam suatu
kurun waktu tertentu atau digunakan sebagai tolok ukur untuk menentukan kondisi
udara dalam suatu kurun waktu mendatang dalam perlode lebih dari 1 bulan
(bulanan, musiman dan tahunan) apakah akan berlebihan (diatas normal) dari
harga rata-rata yang baku. Dengan melihat kondisi baik yang telah lalu, sedang
berlangsungdan akan berlangsung, maka perhitungan hasil produksi kotor dati
faktor alam dapat dihitung. Oleh sebab itu arti dan manfaat klimatologi
dalam kaitan dengan produksi pertanian
adalah untuk menghitung hasil produksi pertanian dari sisi kondisi alam baik
yang telah berlangsung, sedang berlangsung dan akan berlangsung. Khusus untuk
waktu mendatang hal ini berhubungan prakiraan produksi akan dapat ditentukan
sebelumnya agar tidak terjadi kemelesetan yang sangat jauh atas kegiatan
pertanian. Dilain pihak klimatologi akan dapat pula digunakan dalam penyebaran
bahan pangan terutama dalam kondisi rawan pangan ataupun operasi pasar.
Iklim merupakan komponen
ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamik dan sulit dikendalikan. Dalam
praktek, iklim dan cuaca sangat sulit untuk dimodifikasi/dikendalikan sesuai
dengan kebutuhan, kalaupun bisa memerluan biaya dan teknologi yang tinggi.
Iklim/cuaca sering seakan-akan menjadi faktor pembatas produksi pertanian.
Karena sifatnya yang dinamis, beragam dan terbuka, pendekatan terhadap
cuaca/iklim agar lebih berdaya guna dalam bidang pertanian, diperlukan suatu
pemahaman yang lebih akurat teradap karakteristik iklim melalui analisis dan
interpretasi data iklim. Mutu hasil analisis dan interpretasi data iklim,
selain ditentukan oleh metode analisis yang digunakan, juga sangat ditentukan
oleh jumlah dan mutu data. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama
yang baik antar instasi pengelola dan pengguna data iklim demi menunjang
pembangunan pertanian secara keseluruhan.
Menurut H. Abdullah (1995). Memasuki tahun
1994 ternyata hujan turun semakin deras sehingga di beberapa daerah mengalami
bencana kebanjiran. Bahkan bencana itu telah merusak lahan persawahan di
beberapa wilayah yang merupakan pusat produksi beras. Iklim tahun 1994 memang
terjadi secara tidak normal dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Besarnya dampak
kekeringan ini juga di dorong oleh pemberitaan media massa baik dari surat
kabar maupun televise yang gencar memberitakan bencana banjir dan kekeringan di
beberapa daerah sehingga menimbulkan dampak psikologis bagi masyarakat.
Menurut Anonim (1992). Kelembaban udara
dalam menyambung tanaman akan mempengaruhi pembentukan kalus. Kelembaban yang
rendah akan menghambat terbentuknya kalus. Untuk mengatasi hal ini diperlukan
pemberian sungkup plastik bening sehingga kelembaban dapat di jaga dan tidak
mudah terpengaruh oleh keadaan perubahan cuaca di sekelilingnya. Dalam hal ini
kita dapat menyimpulkan bahwa kelembaban udara sangat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman.
Menurut Kartojo (1995). Iklim merupakan
faktor yang sangat berperan dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Kondisi iklim
yang sangat ekstrim misalnya kemarau panjang. akan menimbulkan dampak yang luas
baik terhadap tanaman maupun manusia. Data iklim tidak hanya dimanfaatkan oleh
pertanian saja. namun juga digunakan untuk keperluan perhubungan dan lingkungan
hidup. Data iklim yang sering digunakan dalam meteorology dan geofisika saat
ini merupakan hasil pengamatan selama 30 tahun. Sampai sekarang data iklim itu
masih di anggap cukup tepat untuk mewakili cirri dan unsur meteorologi. Hujan
biasanya turun apabila ada interaksi antara air laut dengan udara. Apabila air
laut panas maka udara di atas laut akan lembab. Apabila udara lembab maka hujan
akan turun.
Menurut Vant’t Hoff (1993). suhu minimum dan maksimum akan dua kali
lebih besar untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10º C. Dari babarapa penelitian
diketahui bahwa keadaan tersebut berlaku pada kisaran suhu 20 - 3º Cdalam
prakteknya hubungan ini sangat sulit ditentukan.
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Hari Jumat pukul 07.00 WIB-selesai, tanggal 08 April 2011 di ruang 8, Fakultas Pertanian,
Universitas Jember dalam acara hubungan iklim dan pertumbuhan tanaman.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Kalkulator
2. Alat tulis
3.2.2 Bahan
1. data curah hujan
2. data produksi
3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan satu seri data
unsur-unsur cuaca.
2. Menyiapkan hasil tanaman pada periode waktu yang sama dengan
pengambilan data unsur cuaca.
3. Melakukan analisis hubungan antara data cuaca dengan data
produksi tanaman menggunakan model statistik sederhana.
4. Mendiskusikan hasil perhitungan dengan anggota kelompok dan
membuat kesimpulan.
BAB 4. HASIL
DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pegamatan Curah
Hujan dengan Produksi Tanaman
No
|
Unsur Iklim (Xi)
|
Hasil Tanaman
|
X
|
Y
|
X2
|
Y2
|
XY
|
1,00
|
2190,00
|
115006,00
|
-41,80
|
39644,84
|
1747,24
|
1571712942,18
|
-1657154,10
|
2,00
|
1553,00
|
48226,00
|
-678,80
|
-27135,17
|
460769,44
|
736317179,58
|
18419350,00
|
3,00
|
2250,00
|
146759,00
|
18,20
|
71397,84
|
331,24
|
5097650842,69
|
1299440,60
|
4,00
|
3639,00
|
22438,00
|
1407,20
|
-52923,17
|
1980211,84
|
2800861393,62
|
-74473477,79
|
5,00
|
2323,00
|
110512,00
|
91,20
|
35150,84
|
8317,44
|
1235581201,20
|
3205756,15
|
6,00
|
2099,00
|
30004,87
|
-132,80
|
-45356,30
|
17635,84
|
2057193496,13
|
6023315,98
|
7,00
|
1994,00
|
80786,04
|
-237,80
|
5424,87
|
56548,84
|
29429268,77
|
-1290035,28
|
8,00
|
2289,00
|
51895,97
|
57,20
|
-23465,20
|
3271,84
|
550615376,39
|
-1342209,15
|
9,00
|
2026,00
|
98403,05
|
-205,80
|
23041,89
|
42353,64
|
530928464,35
|
-4742019,93
|
10,00
|
1955,00
|
49580,72
|
-276,80
|
-25780,45
|
76618,24
|
664631344,40
|
7136027,18
|
Total
|
22318,00
|
753611,65
|
0,00
|
0,00
|
2647805,60
|
15274921509,29
|
-47421006,35
|
Rerata
|
2231,80
|
75361,17
|
0,00
|
0,00
|
264780,56
|
1527492150,93
|
-4742100,64
|
Tabel 2. Hasil Pegamatan Bulan Basah
dengan Produksi Tanaman
No
|
Unsur Iklim (Xi)
|
Hasil Tanaman (Yi)
|
X
|
Y
|
X2
|
Y2
|
XY
|
1
|
8
|
115006,00
|
1,1
|
39644,835
|
1,21
|
1571712942
|
43609,3185
|
2
|
5
|
48226,00
|
-1,9
|
-27135,17
|
3,61
|
736317179,6
|
51556,8135
|
3
|
6
|
146759,00
|
-0,9
|
71397,835
|
0,81
|
5097650843
|
-64258,0515
|
4
|
8
|
22438,00
|
1,1
|
-52923,17
|
1,21
|
2800861394
|
-58215,4815
|
5
|
8
|
110512,00
|
1,1
|
35150,835
|
1,21
|
1235581201
|
38665,9185
|
6
|
7
|
30004,87
|
0,1
|
-45356,3
|
0,01
|
2057193496
|
-4535,6295
|
7
|
5
|
80786,04
|
-1,9
|
5424,875
|
3,61
|
29429268,77
|
-10307,2625
|
8
|
8
|
51895,97
|
1,1
|
-23465,2
|
1,21
|
550615376,4
|
-25811,7145
|
9
|
6
|
98403,05
|
-0,9
|
23041,885
|
0,81
|
530928464,4
|
-20737,6965
|
10
|
8
|
49580,72
|
1,1
|
-25780,45
|
1,21
|
664631344,4
|
-28358,4895
|
Total
|
69
|
753611,65
|
0,000
|
0,000
|
14,900
|
15274921509,288
|
-78392,275
|
Rerata
|
6,9
|
75361,17
|
0,000
|
0,000
|
1,490
|
1527492150,929
|
-7839,228
|
Tabel 3. Hasil Pegamatan Bulan Kering
dengan Produksi Tanaman
No
|
Unsur Iklim (Xi)
|
Hasil Tanaman (Yi)
|
X
|
Y
|
X2
|
Y2
|
XY
|
1
|
2
|
115006,00
|
-1,7
|
39644,835
|
2,89
|
1571712942
|
-67396,2195
|
2
|
7
|
48226,00
|
3,3
|
-27135,17
|
10,89
|
736317179,6
|
-89546,0445
|
3
|
2
|
146759,00
|
-1,7
|
71397,835
|
2,89
|
5097650843
|
-121376,3195
|
4
|
3
|
22438,00
|
-0,7
|
-52923,17
|
0,49
|
2800861394
|
37046,2155
|
5
|
4
|
110512,00
|
0,3
|
35150,835
|
0,09
|
1235581201
|
10545,2505
|
6
|
4
|
30004,87
|
0,3
|
-45356,3
|
0,09
|
2057193496
|
-13606,8885
|
7
|
5
|
80786,04
|
1,3
|
5424,875
|
1,69
|
29429268,77
|
7052,3375
|
8
|
4
|
51895,97
|
0,3
|
-23465,2
|
0,09
|
550615376,4
|
-7039,5585
|
9
|
4
|
98403,05
|
0,3
|
23041,885
|
0,09
|
530928464,4
|
6912,5655
|
10
|
2
|
49580,72
|
-1,7
|
-25780,45
|
2,89
|
664631344,4
|
43826,7565
|
Total
|
37
|
753611,65
|
0,000
|
0,000
|
22,100
|
15274921509,288
|
-193581,905
|
Rerata
|
3,7
|
75361,17
|
0,000
|
0,000
|
2,210
|
1527492150,929
|
-19358,191
|
4.2 Hubungan Antara Unsur Iklim dan Hasil Tanaman
Secara teknis dalam budidaya tanaman, hampir semua unsur iklim
berpengaruh terhadap produksi dan pengelolaan tanaman. Namun masing-masing
mempunyai pengaruh dan peran yang berbeda teradap berbagai aspek dalam budidaya
tanaman. Unsur iklim terhadap hasil
tanaman mempunyai pengaruh terhadap besarnya jumlah produksi tanaman.
Efektivitas dan efisiensi pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit pada
tanaman juga sangat ditentukan oleh curah hujan, suhu udara dan kelembaban.
Pengendalian hama terpadu (PHT) dengan menggunakan musuh alami yang
dimungkinkan atas dasar pengetahuan tentang iklim dan cuaca. Faktor
cuaca, suhu, curah hujan, kelembaban dan faktor cuaca lainnya dapat
mempengaruhi cara dan keberhasilan pengendalian hama penyakit, baik yang
dilakukan dengan cara kimiawi, hayati maupun kultur teknis.
4.3 Fungsi Perhitungan Data Regresi dan Korelasi
Tujuan menggunakan analisis regresi adalah:
·
Membuat estimasi rata-rata dan nilai variabel tergantung dengan
didasarkan pada nilai variabel bebas.
·
Menguji hipotesis karakteristik dependensi.
·
Untuk meramalkan nilai rata-rata variabel bebas dengan didasarkan
pada nilai variabel bebas diluar jangkauan sampel.
Keselerasan model regresi dapat diterangkan dengan menggunakan nilai
r2, semakin besar nilai tersebut maka model semakin baik. Jika nilai mendekati
1 maka model regresi semakin baik. Nilai r2 mempunyai karakteristik
diantaranya: selalu positif, dan nilai r2 maksimal sebesar 1. Jika Nilai r2
sebesar 1 akan mempunyai arti kesesuaian yang sempurna. Maksudnya seluruh
variasi dalam variabel Y dapat diterangkan oleh model regresi. Sebaliknya jika
r2 sama dengan 0, maka tidak ada hubungan linier antara X dan Y.
4.4 Grafik serta Analisis dari Data Cuaca
Berdasarkan data dan grafik yang ada pada bulan pertama
pengaruh curah hujan terhadap hasil tanaman mengalami penurunan. Pada bulan
kedua, pengaruh curah hujan terhadap hasil tanaman mengalami kenaikan yang
paling drastis. Pada bulan ketiga pengaruh curah hujan terhadap hasil tanaman
mengalami penurunan yang paling ekstrim. Kemudian bulan-bulan berikutnya
pengaruh curah hujan terhadap hasil tanaman mengalami turun dan naik yang tidak
begitu signifikan.
Berdasarkan
data diatas dapat kita ketahui bahwa fungsi regresi untuk data curah hujan dan
hasil produksi adalah y = 11533 – 17,91x, yang artinya rata-rata data curah hujan dan hasil produksi adalah
11533
satuan. Besarnya koefisien kolerasinya adalah sebesar 0,055, yang
artinya bahwa data 70853,55 hubungannya adalah berlawanan. Persamaan regresi dan korelasi tersebut juga
menyatakan bahwa setiap perubahan variabel curah hujan sebesar 1% maka akan
menimbulkan perubahan variabel hasil produksi sebesar 0,055,
dimana nilainya adalah negatif maka perubahan tersebut kearah penurunan.
Berdasarkan
data pengaruh bulan basah terhadap hasil tanaman ini dapat diketahui bahwa
bulan pertama mengalami penurunan saat memasuki bulan kedua, namun meningkat
saat pada bulan ketiga. Data curah hujan terhadap hasil tanaman mengalami
penurunan kembali pada bulan keempat kemudian kembali naik pada bulan kelima,
turun pada bulan keenam. Data bulan basah terhadap hasil tanaman mengalami
turun-naik selama setahun.
Berdasarkan
data diatas dapat kita ketahui bahwa fungsi regresi untuk data bulan basah dan
hasil produksi adalah y = 11166 – 5261x, yang artinya rata-rata data bulan basah dan hasil produksi adalah
11166
satuan. Besarnya koefisien kolerasinya adalah sebesar -0,15, yang artinya bahwa
data bulan basah dan hasil produksi hubungannya adalah berlawanan. Persamaan regresi
dan korelasi tersebut juga menyatakan bahwa setiap perubahan variabel bulan
basah sebesar 1% maka akan menimbulkan perubahan variabel hasil produksi
sebesar 0,15, dimana nilainya adalah negatif maka perubahan tersebut kearah
penurunan.
Berdasarkan
data dan grafik bulan kering terhadap hasil tanaman, dapat diketahui bahwa
bulan kering terhadap hasil tanaman mengalami penurunan dan kenaikan selama
duabelas bulan. Pada bulan pertama, kedua, ketiga, dan keempat mengalami
kenaikan dan penurunan yang sangat signifikan, sedangkan pada bulan kelima
sampai bulan keduabelas mengalami turun-naik yang tidak terlalu besar
pengaruhnya.
Berdasarkan
data diatas dapat kita ketahui bahwa fungsi regresi untuk data bulan kering dan
hasil produksi adalah y = 10777 – 8759x, yang artinya rata-rata data bulan kering dan hasil produksi
adalah 10777
satuan. Besarnya koefisien kolerasinya adalah sebesar -0,11, yang
artinya bahwa data bulan kering dan hasil produksi hubungannya adalah
berlawanan. Persamaan regresi dan korelasi tersebut juga menyatakan bahwa
setiap perubahan variabel bulan kering sebesar 1% maka akan menimbulkan
perubahan variabel hasil produksi sebesar 0,11, dimana nilainya adalah
negatif maka perubahan tersebut kearah penurunan.
4.5 Peranan Cuaca dan Iklim Terhadap Produksi Tanaman
Pertumbuhan dan produksi tanaman merupakan hasil akhir dari proses
fotosintesis dan berbagai fisiologi lainnya. Proses fotosintesis sebagai
proses awal kehidupan tanaman pada dasarnya adalah proses fisiologi dan fisika
yang mengkonversi energi surya (matahari) dalam bentuk gelombang
elektromagnetik menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat. Sebagian
energi kimia tersebut direduksi atau dirombak menjadi energi kinetik dan energi
termal melalui proses respirasi, untuk memenuhi kebutuhan internal tanaman.
Sedangkan bagian lainnya direformasi menjadi beberapa jenis senyawa
organik, termasuk asam amino, protein dan lain-lain melalui beberapa proses
metabolisme tanaman.
Selain radiasi surya, proses fotosintesis sangat ditentukan oleh
ketersediaan air, konsentrasi CO2 dan suhu udara. Sedangkan proses
respirasi dan beberapa proses metabolisme tanaman secara signifikan dipengaruhi
oleh suhu udara dan beberapa unsur iklim lain. Proses transpirasi yang
menguapkan air dari jaringan tanaman ke atmosfer merealisasikan proses
dinamisasi dan translokasi energi panas, air, hara dan berbagai senyawa lainnya
di dalam jaringan tanaman. Secara fisika, proses transpirasi tanaman
sangat ditentukan oleh ketersediaan air tanah (kelembaban udara), radiasi
surya, kelembaban nisbi dan angin.
Selain proses metabolisme, proses pembungaan, pengisian biji dan
pematangan biji atau buah tanaman padi juga sangat dipengaruhi oleh radiasi
surya (intensitas dan lama penyinaran), suhu udara dan kelembaban nisbi serta
angin. Oleh sebab itu, produkstivitas dan mutu hasil tanaman yang banyak
ditentukan pada fase pengisian dan pematangan biji atau buah sangat dipengaruhi
oleh berbagai unsur iklim dan cuaca, terutama radiasi surya dan suhu udara.
Secara aktual, berbagai proses fisiologi, pertumbuhan dan produksi
tanaman sangat dipengaruhi oleh unsur cuaca, yaitu keadaan atmosfer dari saat
ke saat selama umur tanaman, ketersediaan air (kelembaban tanah) sangat
ditentukan oleh curah hujan dalam periode waktu tertentu dan disebut sebagai
unsur iklim, yang pada hakikatnya adalah akumulasi dari unsur cuaca (curah
hujan dari saat ke saat). Demikian juga, pertumbuhan dan produksi tanaman
merupakan manivestasi akumulatif dari seluruh proses fisiologi selama fase atau
periode pertumbuhan tertentu oleh sebab itu dalam pengertian yang lebih
teknis dapat dinyatakan bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman dipengaruhi oleh
berbagai unsur iklim (sebagai akumulasi keadaan cuaca) selama pertumbuhan
tanaman.
4.6 Metode Statistik dalam Pendugaan Besarnya Pengaruh Unsur Cuaca
Terhadap Hasil Tanaman
Dalam prakteknya, iklim dan cuaca sangat
sulit untuk dimodifikasi atau dikendalikan sesuai dengan kebutuhan, kalaupun
bisa memerluan biaya dan teknologi yang tinggi. Iklim dan cuaca sering seakan-akan
menjadi faktor pembatas produksi pertanian. Karena sifatnya yang dinamis,
beragam dan terbuka, pendekatan terhadap cuaca dan iklim agar lebih berdaya
guna dalam bidang pertanian , diperlukan suatu pemahaman yang lebih akurat
teradap karakteristik iklim melalui analisis dan interpretasi data iklim.
Mutu hasil analisis dan interpretasi data iklim, selain ditentukan oleh
metode analisis yang digunakan, juga sangat ditentukan oleh jumlah dan mutu
data. Melalui penggunaan metode
statistik, dapat dilakukan pendugaan besarnya pengaruh unsur cuaca terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman. Bentuk-bentuk persamaan garis-garis regresi yang
telah diketahui maka perubahan hasil tanaman dari waktu ke waktu dapat diduga
nilainya.
Sesuai dengan karakteristik dan
kompleksnya faktor iklim, maka kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
dalam memodifikasi dan mengendalikan iklim sangat terbatas. Oleh sebab
itu pendekatan yang paling efektif untuk memanfaatkan sumber daya iklim
adalah menyesuaikan sistem usahatani dan paket teknologinya dengan
kondisi iklim setempat. Penyesuaian tersebut harus didasarkan pada
pemahaman terhadap karakteristik dan sifat iklim secara baik melalui analisis
dan interpretasi data iklim. Mutu hasil analisis dan interpretasi data
iklim, selain ditentukan oleh metode analisis yang digunakan, juga sangat
ditentukan oleh jumlah dan mutu data.
BAB 5.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1.
Hubungan antara unsur iklim dan hasil tanaman sangat berpengaruh,
yaitu jumlah produksi yang dihasilkan serta efektivitas dan efisiensi pestisida untuk pengendalian hama dan
penyakit.
2.
Tujuan menggunakan analisis regresi adalah membuat estimasi
rata-rata dan nilai variabel tergantung dengan didasarkan pada nilai variabel
bebas, menguji hipotesis karakteristik dependensi, dan untuk meramalkan nilai
rata-rata variabel bebas dengan didasarkan pada nilai variabel bebas diluar
jangkauan sampel.
3.
Berdasarkan hasil pengamatan dan interpretasi data curah hujan dan hasil produksi, bulan basah dan hasil produksi,
serta bulan kering dan hasil produksi mempunyai hubungannya adalah berlawanan.
4.
Peranan cuaca
dan iklim terhadap produksi tanaman adalah pada proses fotosintesis yang
menentukan hasil dari jumlah dan kualitas hasil tanaman.
5.
Iklim dan cuaca sangat sulit untuk dimodifikasi atau dikendalikan
sesuai dengan kebutuhan maka melalui penggunaan metode statistik, dapat dilakukan pendugaan
besarnya pengaruh unsur cuaca terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.
5.2 SARAN
1.
Sebaiknya saat melakukan pencatatan, perhitungan, dan analisis data
kurang dengan teliti dan tepat sehingga hasil yang diperoleh dapat dikatakan
relevan dengan kondisi yang sebenarnya terjadi.
2.
Pencatatan, perhitungan, dan analisis data cuaca ini dapat
dimanfaatkan dalam bidang pertanian, khususnya oleh petani agar dapat
menentukan hasil produksi tanaman sehingga kegagalan panen dapat diantisipasi
dengan baik dan lebih dahulu.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah.H. 1995. Kekeringan dan Upaya Pengadaan Beras. Jakarta. Industri Pengolahan
Pangan di Indonesia vol.VI. Hal 9-14.
Aisyah, I. 2009. Manfaat Klimatologi
Untuk Menunjang Kegiatan Pertanian dan Analisis Serta Desain Data Warehousing
Di Balai Besar Meteorologi dan Geofisika.
http://badaihxh.blogspot.com/2009/01/agroklimatologi-1-manfaatnya_30.html [19 Pebruari 2010].
Anonim. 2009. Product Book. http://www.alphamas.co.id/index.php, [24 Maret 2010].
Anonim. 1992. Panduan Praktikal Tapak Semaian Bagi Spesies Acacia mangium. Proyek
Latihan dan Pembangunan Teknikal Reafforestation.Sabah.
Chasanah,
Nur. 2010. Pengenalan Stasiun Meteorologi
Pertanian Khusus Dan Peralatan Pengamatan Cuaca. Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.[online]. http://dmiraclesofmylive.blogspot.com/2011_01_01_archive.html [27 Maret
2011].
Kartojo. 1995. Peran Iklim Bagi Pertanian. Jakarta. Industri Pengolahan Pangan di
Indonesia vol.VI. Hal 15-20.
Tjasyono, B. 2004. Klimatologi. ITB: Bandung.
Van’t Hoff. 1993. Iklim Mikro
Tanaman. IKIP. Malang.
pas banget sama yang aku cari mbak, :)
ReplyDelete