ABSTRAK
Lalat
buah pada nangka sangat merugikan petani, pada khususnya petani hortikultura. Lalat buah (Bactrocera spp.) merupakan salah satu hama yang sangat ganas pada tanaman hortikultura
diantaranya mangga, belimbing, jambu, nangka, semangka, melon, pare, cabai, dll. Lalat buah yang sering menyerang buah-buahan dan
sayur-sayuran adalah Lalat
buah genus Bactrocera. Hama yang sering merisaukan petani hortilultura adalah lalat buah Dacus
dorsalis dan Dacus umbrosus yang menyebabkan buah nangka menjadi
busuk. Kutu putih sering tampak pada daun muda dari bibit nangka. Akibat
serangan hama
ini menyebabkan rendahnya produksi dan mutu buah. Kerugian akibat lalat buah (Bactrocera spp.) tersebut dapat menurunkan hasil panen ±50-75%.
Dalam mengatasi serangan hama lalat buah pada
buah nangka, petani sangat tergantung pada pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit
tersebut. Padahal pestisida kimia sangat merugikan bagi petani. Dalam menanggulangi
hama ini,
petani telah melakukan pengendalian secara alami, diantaranya dengan minyak
sereh wangi, daun selalsih, pembungkusan buah, pengurungan tanaman dengan
jaring plastik, pengasapan di sekitar pohon dan lainnya.
Kata Kunci:
lalat buah,hama,
hortilultura
Bactrocera Spp. |
1. PENDAHULUAN
Modern
ini, sektor pertanian khususnya hortikultura di Indonesia mengalami kemerosotan baik luasan
area yang semakin sempit maupun hasil panen petani Indonesia. Hal itu sangat
merugikan petani. Kemerosotan hasil panen tersebut di karenakan kurangnya
pengetahuan petani tentang hama penyakit yang menyerang pada tanaman budidaya
mereka, sehingga petani kurang dapat mengatasi hama penyakit yang menyerang
tanaman budidaya mereka.
Buah
Nangka merupakan salah satu komoditas buah unggulan di Indonesia. Kebutuhan
akan Buah Nangka akan semakin meningkat sejalan dengan perubahan musim. Pada
musim kemarau maka permintaan akan Buah Nangka akan meningkat karena Buah
Nangka yang dihasilkan saat musim kemarau akan menghasilkan Buah Nangka dengan
rasa yang manis. Hal tersebut juga akan terjadi saat umat islam melakukan puasa
pada Bulan Ramadhan. Permintaan akan Buah Nangka akan meningkat karena Buah
Nangka adalah Buah dengan rasa yang segar dan cocok dikonsumsi sebagai hidangan
penutup puasa.
Upaya memenuhi kebutuhan
buah untuk menekan impor dan meningkatkan ekspor, pengembangan buah di Indonesia mengalami kendala, mulai
penyediaan benih bermutu, budidaya sampai penanganan panen. Salah satu kendala
dalam upaya meningkatkan produksi dan mutu buah di Indonesia
adalah serangan hama
lalat buah. Lebih kurang 75 % dari tanaman buah dapat diserang oleh hama lalat buah. Dari
berbagai laporan yang diterima, intensitas serangan lalat buah terus meningkat,
fluktuasi maupun populasi lalat buah juga naik terus. Kebutuhan terhadap teknik
pengendalian yang ramah lingkungan
sangat diharapkan, terutama yang efektif dan efisien serta mudah diperoleh petani dalam operasionalnya di lapangan.
Perbaikan terhadap teknik identifikasi yang disesuaikan dengan kunci determinasi
yang terbaru, memerlukan sosialisasi, sehingga petani dapat mengetahui
organisme pengganggu tumbuhan yang telah
merusak tanamannya dan banyak menimbulkan kerugian.
Secara
ekonomis beberapa spesies Lalat Buah (Bactrocera) merupakan hama penting
yang berasosiasi dengan berbagai buah-buahan dan sayuran tropika. Lalat buah dapat menyebabkan kerusakan langsung terhadap tanaman buah dan sayur-sayuran baik di daerah
tropis maupun daerah subtropis. Lalat buah ini
menyerang tanaman komersial seperti sayuran dan buah-buahan berdaging antara
lain belimbing, mangga, jeruk, nangka, melon, kluwih, dan cabai. Kerusakan yang
ditimbulkan menjadi ancaman pengembangan bagi sentra-sentra produksi buah di
berbagai propinsi. Serangan hama
lalat Buah ini sangat meresahkan petani hortikultura. Lalat Buah ini dapat menurunkan
hasil panen buah mereka.
Serangan hama
dan penyakit pada tanaman budidaya merupakan salah satu faktor penting yang
dapat mengurangi hasil pertanian. Menurut Asman (2004), Lalat buah mempunyai
inang lebih dari 26 jenis tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan seperti: tomat,
cabe merah, melon, jambu biji, belimbing, nangka, mangga dan rambutan. Kerugian
akibat lalat buah tersebut dapat menurunkan hasil panen ±50-75%. Lalat buah genus Bactrocera (Diptera:
Tephritidae) merupakan spesies lalat buah dari daerah tropis. Lalat buah ini
sebelumnya diidentifikasi sebagai genus
Dacus, kemudian diketahui merupakan kekeliruan identifikasi dari genus Bactrocera. Genus Dacus merupakan spesies asli
dari Afrika, dan biasanya berasosiasi dengan bunga dan buah dari jenis tanaman
cucurbits (Cucurbitaceae) dan kulit
buah tanaman kacang-kacangan.
Jenis lalat buah yang menyerang buah di Indonesia
adalah dari genus Bactrocera. Berbagai spesies yang termasuk dalam B.
dorsalis Hendel kompleks diketahui bertanggung jawab atas kehilangan hasil
dari yang ringan sampai 100%. B
papayae Drew, B. carambolae, B. cucurbitae Coquillett. dan B.
umbrosus Fabricius merupakan spesies yang banyak ditemukan pada berbagai
sentra produksi buah di Indonesia.
Lalat buah (Bactrocera spp.) merupakan salah satu
hama yang sangat ganas pada tanaman hortikultura diantaranya mangga, belimbing,
jambu, nangka, semangka, melon, pare, cabai, dll. Akibat serangan hama ini
menyebabkan rendahnya produksi dan mutu buah. Hal ini dapat menurunkan daya
saing komoditas hortikultura Indonesia di pasar dalam dan luar negeri. Menurut
Hidayat (2006), Lalat buah (Bractoera sp) masih menghantui para petani holtikultura di Sumatera Utara. Serangan lalat buah
semakin marak dalam tiga tahun belakangan terutama di Kabupaten Karo dan
Kabupaten Deli Serdang. lalat buah paling sering menyerang buah jeruk dan
belimbing karena rasanya manis. Selain itu, lalat ini juga menyerang tanaman
jambu, nangka, dan mangga.
Menurut Anonim (2008), Lalat buah merupakan salah satu
serangga hama
yang menyerang tanaman buah-buahan di lapangan. Spesies lalat buah dari famili
Tephritidae yang menjadi hama tanaman mencapai 4.500 spesies, dan terdapat 20
spesies dari genus Bactrocera merupakan hama penting pada buah-buahan dan sayuran
di Asia. Bactrocera spp. memiliki inang yang cukup banyak seperti: jeruk,
mangga, pepaya, nangka, alpokat, pisang, tomat, apel, nenas, pear, aprikot,
terong, jambu dan melon.
Dalam makalah ini permasalahan yang di angkat adalah bagaimana dampak dan cara petani dalam mengatasi
serangan lalat buah pada buah nangka. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Komunkasi, untuk mengetahui dampak
serangan Lalat Buah pada buah Nangka dan bagaimana cara petani di Indonesia
dalam mengatasi serangan hama Lalat Buah pada buah Nangka.
2. PEMBAHASAN
Saat
ini, Pertanian hortikultura di Indonesia semakin lesu. Lesunya pertanian di
bidang hortikultura ini disebabkan karena semakin merosotnya hasil panen
mereka. Belum lagi kendala yang anjlok waktu panen raya. Dengan adanya dua
kendala tersebut, petani hortikultura mengalami kerugian. Pendapatan yang
mereka peroleh saat memanen hasil panen mereka tidak sebanding dengan apa yang
mereka keluarkan baik secara moril dan meteril. Merosotnya hasil panen mereka
dikarenakan serangan hama Lalat Buah pada komoditas buah, khususnya pada Buah
Nangka.
Hama yang sering merisaukan petani hortikultura adalah lalat buah Dacus
dorsalis dan Dacus umbrosus yang menyebabkan buah nangka menjadi
busuk. Kutu putih sering tampak pada daun muda dari bibit nangka. Penyakit yang
membahayakan adalah Erwinia carotouora. Bakteri ini menyerang titik tumbuh
tanaman, kemudian menjalar menyerang batang sehingga menimbulkan busuk lunak berwarna
kehitaman. Bakteri menyerang bila kondisi lingkungan terlalu basah dan
berkabut. Cendawan Rhizopus artocarpi menyerang
tangkai buah sehingga pangkal buah membusuk berwarna
hitam. Bila belum terlambat, semprotan Benlate 0,2% dapat mengatasi serangan cendawan
ini. Penyakit bakteri hanya dapat diatasi dengan infusan antibiotik, misalnya
Tetracyclin 0,5-1,5%. Penyiraman akar tanaman yang sakit mati pupus Erwinia
dengan lisol (karbol) 10-15 % dapat menghambat serangan lebih lanjut.
Lalat buah ini
sangat ganas. Dia bisa menyerang buah sehingga tanaman gagal menjadi buah. Biasanya, di lahan seluas 2,5 hektar mampu menghasilkan 3,75 ton
jambu (1 hektar lahan menghasilkan 1,5 ton jambu-Red) per minggunya. Hasil itu
dia peroleh di saat cuaca mendukung perkembangan tanaman jambu dan tidak ada
serangan lalat buah. Namun dengan adanya serangan lalat buah, hasil panen yang
didapat berkurang drastis. Serangan ini juga mengganggu ekspor holtikultura karena harus tidak akan diterima
balai karantina tumbuhan sebelum diekspor ke luar negeri.
Pengendalian menggunakan pestisida cenderung menjadi pilihan terbaik
bagi para petani untuk memperoleh hasil yang memuaskan tanpa memperhatikan
kondisi lingkungan. Sedangkan dampak
yang ditimbulkan pestisida terhadap komplek fauna lain maupun terhadap penurunan populasi serangga hama itu masih belum
diperhatikan petani. Perkembangan populasi serangga hama yang menyerang suatu pertanaman akan
sangat dipengaruhi oleh penggunaan pestisida yang melindungi bagian-bagian
tanaman. Menurut Nugroho (2002), Jika tanaman terlindungi oleh adanya pestisida
maka akan terjadi gangguan bahkan dapat menyebabkan kematian pada serangga hama. kualitas dan
kuantitas pakan akan berpengaruh terhadap perkembangan populasi larva, pupa
dan imago. Jenis pakan yang banyak mengandung asam
amino, vitamin . air dan karbohidrat dapat memperpanjang umur serta meningkatkan
keperidian serangga.
Selama ini, petani sangat tergantung kepada pestisida
kimia untuk mengendalikan hama
dan penyakit tersebut. Menurut Samsudin (2008), penggunaan pestisida yang
berlebihan, tidak saja akan meningkatkan biaya produksi, tetapi juga berdampak
buruk bagi kesehatan petani, konsumen maupun keseimbangan hayati sekitarnya.
Beberapa pengaruh negatif yang akan timbul akibat penggunaan pestisida
kimia sintetis adalah:
1. Hama menjadi
resisten (kebal).
2. Peledakan hama akibat tidak efektifnya pemakaian
pestisida.
3. Penumpukan residu yang dapat
membahayakan. petani/pengguna dan konsumen.
4. Ikut terbunuhnya musuh alami.
5.
Terjadinya polusi lingkungan.
6.
Perubahan status hama dari hama minor
menjadi hama
utama.
Dalam menanggulangi hama ini, petani telah melakukan pengendalian
secara alami, diantaranya dengan minyak sereh wangi, daun selalsih, pembungkusan
buah, pengurungan tanaman dengan jaring plastik, pengasapan di sekitar pohon
dan lainnya. Usaha ini memungkinkan untuk luasan lahan yang relatif sempit,
tetapi tidak efisien untuk lahan yang luasnya puluhan hektar. Pengendalian lain
yang telah dilakukan adalah pemandulan jantan, kimiawi dan memakai perangkap
dengan menggunakan atraktan/penarik.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dengan
menggunakan zat penarik atau atraktan metil eugenol yang diteteskan pada kapas
dalam perangkap ternyata memberikan hasil yang baik sebagai atraktan terhadap
lalat buah jantan. Cara ini efektif dalam mengurangi populasi serta membatasi
masuk dan berkembangnya lalat buah dalam suatu areal. Namun atraktan sintetik
tersebut hanya mampu menarik lalat buah jantan, karena bersifat paraferomon
(seks feromon) yaitu senyawa yang aromanya sama dengan feromon yang dihasilkan
oleh serangga betina sehingga menarik jantan untuk datang, sementara penyebab
kerusakan pada buah adalah lalat buah betina yang meletakkan telur pada buah
dengan cara menusuk atau melukai permukaan buah dengan ovipositornya.
Salah satu bahan nabati yang bersifat atraktan terhadap lalat buah adalah sereh wangi (Andropogon nardus). Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Universitas Hasanuddin Makassar, menunjukkan bahwa minyak sereh bersifat atraktan terhadap lalat buah baik jantan maupun betina.Konsentrasi 20-50% dari minyak sereh efektif menarik lalat buah jantan maupun betina di laboratorium dan di lapangan. Pada pengujian lapangan, minyak sereh yang diaplikasikan dalam bentuk cairan, yang diteteskan pada kapas yang dilekatkan dalam perangkap cukup efektif dalam menarik lalat buah. Namun, aplikasi cairan ini ternyata tidak mematikan lalat buah sehingga dalam perangkap masih perlu ditambahkan larutan deterjen dan masa pendedahannya hanya efektif hingga hari ke-4.
Pengendalian
lalat buah yang lebih aman dan akrab lingkungan diantaranya dengan menggunakan
pestisida nabati. Menurut Mulyani (2002), dalam
Selasih Pengendali Lalat Buah, salah satu
jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati untuk
pengendalian lalat buah adalah tanaman selasih (Ocimum sp.). Untuk menarik/mengendalikan lalat buah, selasih dapat
dimanfaatkan secara langsung atau disuling dulu untuk mendapatkan minyaknya.
Penggunaan secara langsung caranya : 1)
daun selasih 10 – 20 helai dibungkus dengan kain strimin, kemudian
diremas-remas, lalu masukkan ke dalam perangkap; 2) daun selasih dicincang dengan pisau 2 – 3 cm,
selanjutnya dibungkus kain strimin dan dimasukkan pada alat perangkap; 3)
tanaman selasih digoyang-goyang, lalu lalat buah dijaring setelah kumpul.
Langkah yang bisa diambil para petani adalah dengan
melakukan pembungkusan pada calon buah. Tujuannya agar lalat buah itu tidak
bisa masuk ke calon buah. Salah
satu keuntungan menggunakan pembungkus untuk menghindari serangan lalat buah
adalah buah tetap mulus dan tidak terkontaminasi pestisida. Sayangnya
pembungkusan kurang praktis jika kebun buah sangat luas dan pohon buah tinggi.
Cukup praktis dan efisien jika di lokasi kebun tersedia tenaga kerja yang cukup
dan murah.
3. PENUTUP
Lalat buah sangat merugikan petani
hortikultura. Lalat buah yang sering mengganggu tanaman Nangka adalah lalat buah Dacus dorsalis dan Dacus umbrosus yang
menyebabkan buah nangka menjadi busuk. Lalat buah ini membut hasil panen petani
hortikultura merosot. Petani Indonesia mengatasi serangan lalat buah
dengan menggunakan pestisida. Namun selain itu, petani Indonesia juga
menggunakan pengendalian secara alami, diantaranya
dengan minyak sereh wangi, pembungkusan buah, pengurungan tanaman dengan jaring
plastik, pengasapan di sekitar pohon dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Mengatasi
Lalat Buah dengan Minyak Sereh Wangi. http://smallcrab.com.
Di akses tanggal 28 Mei 2009.
Asman, Ariful. 2004. Daun Wangi Si Pemikat Serangga. http://leisa.info.com.
Di akses tanggal 12 Juni 2009
Hidayat, Andi
Riza. 2006. Lalat Buah Resahkan Petani
Sumut. http://kompas.com. Di akses tanggal 28
Mei 2009.
Mulyani, Sri. 2005. Selasih Pengendali Lalat Buah. http://distan.pemda-diy.go.id. Di
akses tanggal 28 Mei 2009.
Nugroho, Kukuh. 2002. Studi Populasi Lalat Buah (Bactrocera
dorsalis Complex) dan Keberadaan Musuh Alami pada Tanaman Cabai Besar (Capsicum
annum L.) dengan Kondisi Tanpa dan dengan Aplikasi Pestisida. http://jurnalpertanian. Di akses tanggal 28 Mei 2009.
Samsudin. 2008. Pengendalian
Hama Dengan
Insektisida Botani. http://pertaniansehat.or.id.
Di akses tanggal 12 Juni 2009
0 komentar:
Post a Comment