Tuesday, April 30, 2013

KERUGIAN YANG DITIMBULKAN LALAT BUAH NANGKA DAN CARA MENGATASINYA


ABSTRAK

                Lalat buah pada nangka sangat merugikan petani, pada khususnya petani hortikultura. Lalat buah (Bactrocera spp.) merupakan salah satu hama yang sangat ganas pada tanaman hortikultura diantaranya mangga, belimbing, jambu, nangka, semangka, melon, pare, cabai, dll. Lalat buah yang sering menyerang buah-buahan dan sayur-sayuran adalah Lalat buah genus Bactrocera. Hama yang sering merisaukan petani hortilultura adalah lalat buah Dacus dorsalis dan Dacus umbrosus yang menyebabkan buah nangka menjadi busuk. Kutu putih sering tampak pada daun muda dari bibit nangka. Akibat serangan hama ini menyebabkan rendahnya produksi dan mutu buah. Kerugian akibat lalat buah (Bactrocera spp.) tersebut dapat menurunkan hasil panen ±50-75%. Dalam mengatasi serangan hama lalat buah pada buah nangka, petani sangat tergantung pada pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit tersebut. Padahal pestisida kimia sangat merugikan bagi petani. Dalam menanggulangi hama ini, petani telah melakukan pengendalian secara alami, diantaranya dengan minyak sereh wangi, daun selalsih, pembungkusan buah, pengurungan tanaman dengan jaring plastik, pengasapan di sekitar pohon dan lainnya.

Kata Kunci: lalat buah,hama, hortilultura

Bactrocera Spp.

1. PENDAHULUAN
            Modern ini, sektor pertanian khususnya hortikultura  di Indonesia mengalami kemerosotan baik luasan area yang semakin sempit maupun hasil panen petani Indonesia. Hal itu sangat merugikan petani. Kemerosotan hasil panen tersebut di karenakan kurangnya pengetahuan petani tentang hama penyakit yang menyerang pada tanaman budidaya mereka, sehingga petani kurang dapat mengatasi hama penyakit yang menyerang tanaman budidaya mereka.
            Buah Nangka merupakan salah satu komoditas buah unggulan di Indonesia. Kebutuhan akan Buah Nangka akan semakin meningkat sejalan dengan perubahan musim. Pada musim kemarau maka permintaan akan Buah Nangka akan meningkat karena Buah Nangka yang dihasilkan saat musim kemarau akan menghasilkan Buah Nangka dengan rasa yang manis. Hal tersebut juga akan terjadi saat umat islam melakukan puasa pada Bulan Ramadhan. Permintaan akan Buah Nangka akan meningkat karena Buah Nangka adalah Buah dengan rasa yang segar dan cocok dikonsumsi sebagai hidangan penutup puasa.

   Upaya memenuhi kebutuhan buah untuk menekan impor dan meningkatkan ekspor,  pengembangan buah di Indonesia mengalami kendala, mulai penyediaan benih bermutu, budidaya sampai penanganan panen. Salah satu kendala dalam upaya meningkatkan produksi dan mutu buah di Indonesia adalah serangan hama lalat buah. Lebih kurang 75 % dari tanaman buah dapat diserang oleh hama lalat buah. Dari berbagai laporan yang diterima, intensitas serangan lalat buah terus meningkat, fluktuasi maupun populasi lalat buah juga naik terus. Kebutuhan terhadap teknik pengendalian yang ramah  lingkungan sangat diharapkan, terutama yang efektif dan efisien serta mudah diperoleh  petani dalam operasionalnya di lapangan. Perbaikan terhadap teknik identifikasi yang disesuaikan dengan kunci determinasi yang terbaru, memerlukan sosialisasi, sehingga petani dapat mengetahui organisme pengganggu tumbuhan  yang telah merusak tanamannya dan banyak menimbulkan kerugian.

   Secara ekonomis beberapa spesies Lalat Buah (Bactrocera) merupakan hama penting yang berasosiasi dengan berbagai buah-buahan dan sayuran tropika. Lalat buah dapat  menyebabkan kerusakan langsung terhadap  tanaman buah dan sayur-sayuran baik di daerah tropis maupun daerah subtropis. Lalat buah ini menyerang tanaman komersial seperti sayuran dan buah-buahan berdaging antara lain belimbing, mangga, jeruk, nangka, melon, kluwih, dan cabai. Kerusakan yang ditimbulkan menjadi ancaman pengembangan bagi sentra-sentra produksi buah di berbagai propinsi. Serangan hama lalat Buah ini sangat meresahkan petani hortikultura. Lalat Buah ini dapat menurunkan hasil panen buah mereka.   
 
Serangan hama dan penyakit pada tanaman budidaya merupakan salah satu faktor penting yang dapat mengurangi hasil pertanian. Menurut Asman (2004), Lalat buah mempunyai inang lebih dari 26 jenis tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan seperti: tomat, cabe merah, melon, jambu biji, belimbing, nangka, mangga dan rambutan. Kerugian akibat lalat buah tersebut dapat menurunkan hasil panen ±50-75%. Lalat buah genus Bactrocera  (Diptera: Tephritidae) merupakan spesies lalat buah dari daerah tropis. Lalat buah ini sebelumnya diidentifikasi sebagai genus Dacus, kemudian diketahui merupakan kekeliruan identifikasi dari genus Bactrocera. Genus Dacus  merupakan spesies asli dari Afrika, dan biasanya berasosiasi dengan bunga dan buah dari jenis tanaman cucurbits (Cucurbitaceae) dan kulit buah tanaman kacang-kacangan. 

Jenis  lalat buah yang menyerang buah di Indonesia adalah dari genus Bactrocera. Berbagai spesies yang termasuk dalam B. dorsalis Hendel kompleks diketahui bertanggung jawab atas kehilangan hasil dari yang ringan sampai 100%.  B papayae Drew, B. carambolae, B. cucurbitae Coquillett. dan B. umbrosus Fabricius merupakan spesies yang banyak ditemukan pada berbagai sentra produksi buah di Indonesia. 

Lalat buah (Bactrocera spp.) merupakan salah satu hama yang sangat ganas pada tanaman hortikultura diantaranya mangga, belimbing, jambu, nangka, semangka, melon, pare, cabai, dll. Akibat serangan hama ini menyebabkan rendahnya produksi dan mutu buah. Hal ini dapat menurunkan daya saing komoditas hortikultura Indonesia di pasar dalam dan luar negeri. Menurut Hidayat (2006), Lalat buah (Bractoera sp) masih menghantui para petani holtikultura di Sumatera Utara. Serangan lalat buah semakin marak dalam tiga tahun belakangan terutama di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang. lalat buah paling sering menyerang buah jeruk dan belimbing karena rasanya manis. Selain itu, lalat ini juga menyerang tanaman jambu, nangka, dan mangga.

Menurut Anonim (2008), Lalat buah merupakan salah satu serangga hama yang menyerang tanaman buah-buahan di lapangan. Spesies lalat buah dari famili Tephritidae yang menjadi hama tanaman mencapai 4.500 spesies, dan terdapat 20 spesies dari genus Bactrocera merupakan hama penting pada buah-buahan dan sayuran di Asia. Bactrocera spp. memiliki inang yang cukup banyak seperti: jeruk, mangga, pepaya, nangka, alpokat, pisang, tomat, apel, nenas, pear, aprikot, terong, jambu dan melon. 

Dalam makalah ini permasalahan yang di angkat adalah bagaimana dampak dan cara petani dalam mengatasi serangan lalat buah pada buah nangka. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Komunkasi, untuk mengetahui dampak serangan Lalat Buah pada buah Nangka dan bagaimana cara petani di Indonesia dalam mengatasi serangan hama Lalat Buah pada buah Nangka.

2. PEMBAHASAN
            Saat ini, Pertanian hortikultura di Indonesia semakin lesu. Lesunya pertanian di bidang hortikultura ini disebabkan karena semakin merosotnya hasil panen mereka. Belum lagi kendala yang anjlok waktu panen raya. Dengan adanya dua kendala tersebut, petani hortikultura mengalami kerugian. Pendapatan yang mereka peroleh saat memanen hasil panen mereka tidak sebanding dengan apa yang mereka keluarkan baik secara moril dan meteril. Merosotnya hasil panen mereka dikarenakan serangan hama Lalat Buah pada komoditas buah, khususnya pada Buah Nangka.

Hama yang sering merisaukan petani hortikultura adalah lalat buah Dacus dorsalis dan Dacus umbrosus yang menyebabkan buah nangka menjadi busuk. Kutu putih sering tampak pada daun muda dari bibit nangka. Penyakit yang membahayakan adalah Erwinia carotouora. Bakteri ini menyerang titik tumbuh tanaman, kemudian menjalar menyerang batang sehingga menimbulkan busuk lunak berwarna kehitaman. Bakteri menyerang bila kondisi lingkungan terlalu basah dan berkabut. Cendawan Rhizopus artocarpi menyerang tangkai buah sehingga pangkal buah membusuk berwarna hitam. Bila belum terlambat, semprotan Benlate 0,2% dapat mengatasi serangan cendawan ini. Penyakit bakteri hanya dapat diatasi dengan infusan antibiotik, misalnya Tetracyclin 0,5-1,5%. Penyiraman akar tanaman yang sakit mati pupus Erwinia dengan lisol (karbol) 10-15 % dapat menghambat serangan lebih lanjut.

Lalat buah ini sangat ganas. Dia bisa menyerang buah sehingga tanaman gagal menjadi buah. Biasanya, di lahan seluas 2,5 hektar mampu menghasilkan 3,75 ton jambu (1 hektar lahan menghasilkan 1,5 ton jambu-Red) per minggunya. Hasil itu dia peroleh di saat cuaca mendukung perkembangan tanaman jambu dan tidak ada serangan lalat buah. Namun dengan adanya serangan lalat buah, hasil panen yang didapat berkurang drastis. Serangan ini juga mengganggu ekspor holtikultura karena harus tidak akan diterima balai karantina tumbuhan sebelum diekspor ke luar negeri.

            Pengendalian menggunakan pestisida cenderung menjadi pilihan terbaik bagi para petani untuk memperoleh hasil yang memuaskan tanpa memperhatikan kondisi lingkungan.  Sedangkan dampak yang ditimbulkan pestisida terhadap komplek fauna lain maupun  terhadap penurunan populasi serangga hama itu masih belum diperhatikan petani. Perkembangan populasi serangga hama yang menyerang suatu pertanaman akan sangat dipengaruhi oleh penggunaan pestisida yang melindungi bagian-bagian tanaman. Menurut Nugroho (2002), Jika tanaman terlindungi oleh adanya pestisida maka akan terjadi gangguan bahkan dapat menyebabkan kematian pada serangga hama. kualitas dan kuantitas pakan akan berpengaruh terhadap perkembangan populasi larva, pupa dan  imago.  Jenis pakan yang banyak mengandung asam amino, vitamin . air dan karbohidrat dapat memperpanjang umur serta meningkatkan keperidian serangga.

Selama ini, petani sangat tergantung kepada pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit tersebut. Menurut Samsudin (2008), penggunaan pestisida yang berlebihan, tidak saja akan meningkatkan biaya produksi, tetapi juga berdampak buruk bagi kesehatan petani, konsumen maupun keseimbangan hayati sekitarnya.  Beberapa pengaruh negatif yang akan timbul akibat penggunaan pestisida kimia sintetis adalah:
1.  Hama menjadi resisten (kebal).
2.  Peledakan hama akibat tidak efektifnya pemakaian pestisida.
3. Penumpukan residu yang dapat membahayakan. petani/pengguna dan konsumen.
4.  Ikut terbunuhnya musuh alami.
5.  Terjadinya polusi lingkungan.
6.  Perubahan status hama dari hama minor menjadi hama utama. 

Dalam menanggulangi hama ini, petani telah melakukan pengendalian secara alami, diantaranya dengan minyak sereh wangi, daun selalsih, pembungkusan buah, pengurungan tanaman dengan jaring plastik, pengasapan di sekitar pohon dan lainnya. Usaha ini memungkinkan untuk luasan lahan yang relatif sempit, tetapi tidak efisien untuk lahan yang luasnya puluhan hektar. Pengendalian lain yang telah dilakukan adalah pemandulan jantan, kimiawi dan memakai perangkap dengan menggunakan atraktan/penarik.

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dengan menggunakan zat penarik atau atraktan metil eugenol yang diteteskan pada kapas dalam perangkap ternyata memberikan hasil yang baik sebagai atraktan terhadap lalat buah jantan. Cara ini efektif dalam mengurangi populasi serta membatasi masuk dan berkembangnya lalat buah dalam suatu areal. Namun atraktan sintetik tersebut hanya mampu menarik lalat buah jantan, karena bersifat paraferomon (seks feromon) yaitu senyawa yang aromanya sama dengan feromon yang dihasilkan oleh serangga betina sehingga menarik jantan untuk datang, sementara penyebab kerusakan pada buah adalah lalat buah betina yang meletakkan telur pada buah dengan cara menusuk atau melukai permukaan buah dengan ovipositornya. 

            Salah satu bahan nabati yang bersifat atraktan terhadap lalat buah adalah sereh wangi (Andropogon nardus). Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Universitas Hasanuddin Makassar, menunjukkan bahwa minyak sereh bersifat atraktan terhadap lalat buah baik jantan maupun betina.Konsentrasi 20-50% dari minyak sereh efektif menarik lalat buah jantan maupun betina di laboratorium dan di lapangan. Pada pengujian lapangan, minyak sereh yang diaplikasikan dalam bentuk cairan, yang diteteskan pada kapas yang dilekatkan dalam perangkap cukup efektif dalam menarik lalat buah. Namun, aplikasi cairan ini ternyata tidak mematikan lalat buah sehingga dalam perangkap masih perlu ditambahkan larutan deterjen dan masa pendedahannya hanya efektif hingga hari ke-4.

Pengendalian lalat buah yang lebih aman dan akrab lingkungan diantaranya dengan menggunakan pestisida nabati. Menurut Mulyani (2002), dalam Selasih Pengendali Lalat Buah, salah satu  jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati untuk pengendalian lalat buah adalah tanaman selasih (Ocimum sp.). Untuk menarik/mengendalikan lalat buah, selasih dapat dimanfaatkan secara langsung atau disuling dulu untuk mendapatkan minyaknya. Penggunaan secara langsung caranya : 1)  daun selasih 10 – 20 helai dibungkus dengan kain strimin, kemudian diremas-remas, lalu masukkan ke dalam perangkap; 2)  daun selasih dicincang dengan pisau 2 – 3 cm, selanjutnya dibungkus kain strimin dan dimasukkan pada alat perangkap; 3) tanaman selasih digoyang-goyang, lalu lalat buah dijaring setelah kumpul.

Langkah yang bisa diambil para petani adalah dengan melakukan pembungkusan pada calon buah. Tujuannya agar lalat buah itu tidak bisa masuk ke calon buah. Salah satu keuntungan menggunakan pembungkus untuk menghindari serangan lalat buah adalah buah tetap mulus dan tidak terkontaminasi pestisida. Sayangnya pembungkusan kurang praktis jika kebun buah sangat luas dan pohon buah tinggi. Cukup praktis dan efisien jika di lokasi kebun tersedia tenaga kerja yang cukup dan murah.

3. PENUTUP
Lalat buah sangat merugikan petani hortikultura. Lalat buah yang sering mengganggu tanaman Nangka adalah lalat buah Dacus dorsalis dan Dacus umbrosus yang menyebabkan buah nangka menjadi busuk. Lalat buah ini membut hasil panen petani hortikultura merosot. Petani Indonesia mengatasi serangan lalat buah dengan menggunakan pestisida. Namun selain itu, petani Indonesia juga menggunakan pengendalian secara alami, diantaranya dengan minyak sereh wangi, pembungkusan buah, pengurungan tanaman dengan jaring plastik, pengasapan di sekitar pohon dan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Mengatasi Lalat Buah dengan Minyak Sereh Wangi. http://smallcrab.com. Di akses tanggal 28 Mei 2009.

Asman, Ariful. 2004. Daun Wangi Si Pemikat Serangga. http://leisa.info.com. Di akses tanggal 12 Juni 2009

Hidayat, Andi Riza. 2006. Lalat Buah Resahkan Petani Sumut. http://kompas.com. Di akses tanggal 28 Mei 2009.

Mulyani, Sri. 2005. Selasih Pengendali Lalat Buah. http://distan.pemda-diy.go.id. Di akses tanggal 28 Mei 2009.

Nugroho, Kukuh. 2002. Studi Populasi Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Complex) dan Keberadaan Musuh Alami pada Tanaman Cabai Besar (Capsicum annum L.) dengan Kondisi Tanpa dan dengan Aplikasi Pestisida. http://jurnalpertanian.  Di akses tanggal 28 Mei 2009.

Samsudin. 2008. Pengendalian Hama Dengan Insektisida Botani. http://pertaniansehat.or.id. Di akses tanggal 12 Juni 2009



Share it To Your Friend:

Related Post:

0 komentar:

Post a Comment